Ketiga target lain yaitu Soeprapto, S Parman, dan Sutoyo ditangkap hidup-hidup. Sementara target utama mereka, Jendral Abdul Harris Nasution berhasil kabur setelah melompati dinding yang berbatasan dengan taman di kedutaan besar Iraq. Meski begitu, Pierre Tendean yang menjadi ajudan pribadinya ditangkap, dan anak gadisnya yang berusia lima tahun, Ade Irma Suryani Nasution, tertembak oleh regu sergap dan tewas.
Peristiwa kelam itu disebut dengan G30S/PKI. Dari 7 orang perwira tinggi yang menjadi target, 1 orang berhasil meloloskan diri, yaitu Jenderal Ahmad Haris Nasution tetapi seorang ajudannya ikut diculik. Sementara 6 perwira tinggi lainnya dibunuh dan mayatnya dipendam dalam sumur Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Beberapa hari kemudian, mayat para jenderal tersebut berhasil ditemukan. Mayat dan jenderal yang masih hidup kemudian dibawa ke Lubang Buaya dan semua dibunuh serta mayatnya dibuang di sumur dekat markas tersebut. Beberapa hari kemudian mayat-mayat Pahlawan Revolusi itu baru ditemukan.
Baca Juga: Sejarah Singkat Pasukan Cakrabirawa Mematikan Bagai Senjata Pamungkas Prabu Kresna
Ketika melepas tujuh jenazah Pahlawan Revolusi untuk dimakamkan, Jendral AH Nasution sempat mengatakan bahwa pada peristiwa itu merupakan hari penghinaan terhadap almamaternya. Nasution juga mengatakan bahwa peristiwa hari itu adalah fitnah yang sangat keji. Pidato Nasution pada hari itu diwarnai isak tangis pelawat yang ikut menghantarkan jazad ketujuh pahlawan revolusi tersebut. (Fan/Tyd)