Pada hari Minggu 10 Maret 2019 Ethiopian Airlines dengan nomor penerbangan ET 302 jatuh di dekat Addis Ababa, Ethiopia dan menewaskan 157 orang. Diketahui, salah satu korban adalah WNI bernama Harina Hafitz yang bekerja sebagai staf PBB di Roma. Ada kemiripan dari kedua tragedi tersebut, di mana pesawatnya sama-sama jatuh tak lama setelah take-off. Grafik pesawat Ethiopian Airlines terlihat tak stabil dan kehilangan kecepatan secara dramatis pada detik-detik terakhirnya. Para ahli dan pakar dunia penerbangan menduga kalau teknologi baru model MAX 8 bernama Manoeuvring Characteristics Augmentation System atau disingkat MCAS sebagai penyebabnya seperti diberitakan media News Australia.
Secara teknis, teknologi MCAS berfungsi untuk mengukur ketinggian bagian moncong pesawat saat mengudara. Apabila bagian moncong pesawat dianggap terlalu tinggi, sistem tersebut akan otomatis menurunkan hidup pesawat. Sebenarnya, teknologi itu juga hanya akan menyala dalam mode auto-pilot. Masalah akan timbul, apabila teknologi itu menyala pada mode manual.
Namun, para pakar curiga kalau teknologi tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya dan malah menurunkan bagian moncong pesawat tanpa sebab. Akibatnya, kecepatan pesawat berkurang dan berakibat pada menukiknya pesawat ke daratan dari ketinggian terakhir.
Sejumlah serikat pekerja pilot pun berujar, kalau perubahan pada sistem kontrol penerbangan di pesawat Boeing model MAX 8 tersebut tidak dijelaskan pada pilot yang menerbangkannya. Namun, dugaan itu dianggap masih terlalu dini. Perlakuan pilot pada pesawat dengan model berbeda juga memegang faktor penting. Terlebih, terkait teknologi atau sistem pesawat yang harus disetting secara manual.
Baca Juga: Pria Yunani Lolos dari Tragedi Ethiopian Airlines, Terlambat 2 Menit!
Fakta lainnya, pihak Boeing langsung mengeluarkan buku manual baru terkait cara menerbangkan pesawat model MAX 8 untuk para pilot paska tragedi Lion Air. Masalahnya, apakah pihak maskapai Ethiopian Airlines telah melakukan training terkait cara menerbangan model MAX 8 pada para pilotnya. Itu yang menjadi pertanyaan tambahan. (Fan/Tyd)