Salah satunya Kevin Sanjaya, yang berhasil menyumbang emas Asian Games 2019, bersama Marcus Gideon di nomor ganda putra. Keduanya juga pernah tujuh kali meraih gelar Superseries dalam satu tahun. Kevin/Marcus juga pernah dua kali berturut-turut menjuarai All England 2017 dan 2018. Tapi, mulai 2020 dipastikan tidak ada lagi audisi umum yang jadi favorit atlet-atlet belia itu. Dengan begitu, Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis 2019 yang saat ini tengah digelar di Purwokerto, Jawa Tengah, menjadi yang terakhir. Kepastian itu disampaikan Direktur Program Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosiman, dalam sebuah jumpa pers di Purwokerto. Langkah ini diambil PB Djarum tentu bukan tanpa sebab.
Mereka ingin mengakhiri polemik yang selama ini terjadi dengan Komisi Perlidungan Anak Indonesia (KPAI). Sebelumnya, KPAI menilai bahwa ada unsur eksploitasi anak pada audisi PB Djarum itu. Alasannya, dalam audisi tersebut, setiap anak yang menjadi peserta diwajibkan memakai baju dengan tulisan dan logo Djarum Foundation. Menurut KPAI, anak-anak yang mengikuti audisi itu bisa terpapar dengan logo produsen tembakau. KPAI juga menuding, secara tidak langsung, anak-anak itu dimanfaatkan sebagai media promosi.
KPAI berpegang pada Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 35 Tahun 2014 yang merupakan perubahan dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002. Selain itu, KPAI juga menjadikan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan, sebagai payung hukum mereka, terkait audisi PB Djarum ini.
Baca Juga: Ini Daftar Nama Kandidat Menteri Jokowi
Dalam PP tersebut, pada Pasal 47 ayat (1) disebutkan, setiap penyelenggaraan kegiatan yang disponsori oleh Produk Tembakau dan/atau bertujuan untuk mempromosikan Produk Tembakau dilarang mengikutsertakan anak di bawah usia 18 (delapan belas) tahun. Inilah yang menjadi pasal polemik. Seperti diketahui anak-anak yang mengikuti audisi beasiswa PB Djarum, berusia di bawah 18 tahun, rentang 11-13 tahun. (Fan/Tyd)