Kebijakan ini dinilai merupakan keputusan brilian dari Google. Google Photos langsung melesat meninggalkan aplikasi penyimpanan awan serupa seperti Flickr yang dinilai terlalu rumit dan Apple iCloud yang dinilai mahal dan terlalu terbatas. Google memanfaatkan kekuatan pencariannya dengan pengenalan konten tingkat lanjut di seluruh foto dan video. Google Photos memungkinkan pengguna untuk mencari foto berdasarkan apa yang ditampilkan di foto, tidak hanya menelusuri dengan menggunakan lokasi, waktu dan tanggal.
Alphabet Inc, induk perusahaan Google akan menutup layanan jejaring sosial Google+ karena dugaan kebocoran data sebanyak 500 ribu pengguna. Namun, penutupan itu tidak bersifat permanen. Google+ hanya menutup aplikasi selama 10 bulan hingga Agustus 2019.
Dilansir dari Reuters, Google gagal memperketat kebijakan pembagian data setelah mengumumkan data profil pribadi dari setidaknya 500.000 pengguna bocor ke pihak pengembang eksternal. Masalah ini ditemukan pada Maret lalu sebagai bagian dari tinjauan tentang bagaimana Google berbagi data dengan aplikasi lain.
Google mengatakan dalam posting blog resminya tidak ada pengembang yang mengeksploitasi kerentanan atau data yang disalahgunakan. Google telah mendeteksi bug ini sejak Maret 2018 dan memilih untuk tidak melaporkannya karena takut akan pengawasan dari regulator.
Baca Juga: Miftahul Jannah Tolak Lepas Jilbab Didiskualifikasi Asian Para Games 2018
Google takut untuk melaporkan bug ini mengingat masalah kebocoran data yang sedang dialami Facebook. Padahal bug ini mengekspos informasi akun Google+ seperti nama, alamat email, pekerjaaan, jenis kelamin dan usia. Data itu tetap terekspos meskpiun pengaturan privasi telah disetel “private” bukan “public”. (Fan/Tyd)